Two-factor authentication (2FA) atau otentikasi dua faktor adalah metode keamanan yang mengharuskan pengguna untuk memberikan dua jenis identifikasi (faktor) sebelum mengakses akun atau sistem. Pada umumnya, faktor pertama adalah kata sandi, dipasangkan dengan faktor kedua seperti OTP (One-Time Password), sidik jari, dan lain-lain.
2FA menjadi semakin populer karena meningkatnya insiden kebocoran data dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan investigasi dari Verizon dan Google, sebagian besar kebocoran data disebabkan oleh pencurian kata sandi, di mana dua pertiganya berasal dari kesalahan manusia. Banyak pengguna masih menggunakan kata sandi yang lemah dan kurang berhati-hati saat mengakses akun mereka, yang berkontribusi besar terhadap kebocoran data. Oleh karena itu, penggunaan kata sandi saja tidak lagi cukup aman, sehingga diperlukan metode otentikasi kedua untuk memberikan lapisan perlindungan tambahan, menyulitkan penjahat siber dalam mengakses sistem atau akun.
Kamu mungkin pernah melihat pertanyaan keamanan, seperti "Apa merk mobil pertama Anda?" atau "Apa nama ibu kandung Anda?" setelah memasukkan kata sandi. Namun, metode ini juga kurang aman karena sering kali, tanpa kita sadari kita membagikan informasi pribadi di media sosial, membuat penjahat siber mudah menemukan jawabannya.
Jenis-Jenis Faktor dalam 2FA
Faktor otentikasi adalah informasi yang diperlukan untuk memverifikasi identitas pengguna. Faktor ini dibagi menjadi enam kategori:
- Pengetahuan: Informasi yang hanya diketahui oleh pemilik akun, seperti kata sandi atau jawaban dari pertanyaan keamanan.
- Kepemilikan: Informasi spesifik dimiliki oleh pemilik akun, seperti nomor telepon atau nomor token.
- Melekat: Sesuatu yang unik melekat pada diri pengguna, seperti sidik jari atau pengenalan wajah (face recognition).
- Ciri khas: Sesuatu yang menjadi ciri khas pengguna, seperti suara (voice recognition).
- Lokasi: Informasi lokasi geografis melalui GPS atau alamat IP.
- Waktu: Rentang waktu yang digunakan untuk melakukan otentikasi, seperti OTP berbasis waktu yang memiliki masa aktif tertentu.
2FA sendiri memerlukan perpaduan dua dari pilihan-pilihan faktor di atas, dan pengguna harus memasukkan kedua faktor otentikasi agar dapat mengakses akun atau sistem yang diinginkan.
Implementasi 2FA
Ada banyak cara untuk mengimplementasikan 2FA pada applikasi atau situs web. Semua bergantung pada tipe pengguna, sensitivitas data yang diakses dan juga lingkungan dalam mengakses sistem/data. Tapi apapun itu, mengimplmentasikan 2FA membutuhkan:
- Pemilihan metode yang tepat, aman dan sesuai tujuan.
- Pelatihan pada pengguna dalam mengaktifkan 2FA pada akun yang dimiliki.
- Mengamankan infrastruktur seperti storage dan jaringan.
- Mendesain user interface (UI) yang mudah digunakan tanpa mengorbankan keamanan.
Keamanan 2FA
2FA mungkin terasa kurang nyaman bagi beberapa pengguna karena mereka harus memasukkan dua bentuk otentikasi. Namun, 2FA sangat efektif mengurangi risiko akses ilegal dan memberikan perlindungan tambahan bagi data pengguna. Selain itu, bagi industri yang memiliki regulasi ketat terkait keamanan data dan privasi, mengimplementasikan 2FA membantu mematuhi aturan tersebut.
2FA memiliki tingkat kepastian keamanan yang berbeda-beda. Faktor otentikasi dengan tingkat kepastian keamanan rendah misalnya penggunaan kata sandi dan OTP melalui email atau SMS. Meski umum digunakan, kata sandi dan email rentan diretas.
Tingkat kepastian keamanan menengah ada pada perangkat token OTP. Meskipun bisa dicuri, ancamannya terbatas pada penyerang lokal di mana token tersebut berada. Sementara tingkat kepastian keamanan tinggi dicapai dengan otentikasi biometrik, seperti face ID, sidik jari, dan otentikator berbasis platform, seperti Google Authenticator.
Saat mengimplementasikan 2FA, sebaiknya hindari penggunaan dua faktor dengan tingkat keamanan rendah. Jika kamu menggunakan kata sandi, pilih faktor kedua dari tingkat keamanan menengah atau tinggi. Akan lebih aman lagi kalau kamu mengimplementasikan faktor lebih dari dua, dikenal dengan istilah Multi Factor Authentication (MFA).
Meskipun dapat memberi perlindungan untuk akun atau sistem, 2FA juga mempunyai kelemahan. Hacker selalu mencari celah untuk menyerang sistem, seringkali melalui phishing dan social engineering. Oleh karena itu, pengguna perlu sadar dan waspada dalam mengamankan faktor autentikasi yang digunakan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pilihan faktor otentikasi juga harus dipertimbangkan sebaik mungkin dengan memilih kombinasi yang sulit diretas.
Jadi, apakah kamu sudah mengaktifkan 2FA pada akun-akun yang kamu gunakan?